Baperpus 2010 M

Senin, 03 Januari 2011

PERPUSTAKAAN PONDOK MODERN BABUSSALAM
MADIUN JAWA TIMUR

I. LATAR BELAKANG
Perpustakaan Pondok Modern Babussalam merupakan perwujudan dari cita-cita luhur Bapak Kyai Hadi Martoyo BA. Beserta seluruh pendiri Pondok Modern Babussalam untuk ikut serta secara aktif membantu mencerdaskan dan meningkatkan wawasan santri yang notabenanya adalah generasi muda penyambung estafet serta kader bagi generasi tua yang sudah kian merapuh. Sekaligus mendukung program pemerintah dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa ( dengan menciptakan taman baca dan melengkapinya dengan fasilitas yang memadai ) sebagaimana yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945 dan dijabarkan dalam GBHN.
Pada awal berdirinya, ide mendirikan perpustakaan ini muncul atas keprihatinan semua pihak, dalam hal ini Bapak Pendiri Pondok, Kyai Hadi Martoyo (Al-Marhum) beserta pendiri Pondok lainnya yang merasakan pentingnya kehadiran sebuah yunit baca, dimana seluruh kalangan dapat dengan leluasa memanfaatkannya. Dan dengan dasar firman Allah surat Al-‘Alaq ayat : 1 “Iqra”bismi rabbika Al-Ladzi khalak ( bacalah dalam raya ini dengan nama tuhanmu yang telah menciptakan (alam semesta)” ini merupakan indikator bahwa membaca bukanlah merupakan sekedar kebutuhan semata, tetapi lebih dari itu ia merupakan amanat Ilahi dan kewajiban utama sebagai seorang muslim.
Maka dengan acuan landasan diatas, pada tahun kedua dari berdirinya Pondok Modern Babussalam tepatnya pada tahun 1987 didirikanlah perpustakaan Pondok dalam bentuk yang sederhana sekali.

II PERKEMBANGANNYA
Pada awal berdirinya, tahun 1987 yang lalu, modal utamanya hanyalah tekad yang kuat yang didasari cita-cita yang luhur. Dengan kekayaan berupa sedikit buku peninggalan Bapak Kyai dan para ustadz yang saat itu kira-kira 50 eksemplar, maka tekad tersebut diwujudkan dalam bentuk usaha yang nyata. Saat itu perpustakaan belum mempuyai ruang khusus sehingga para santri yang mau membaca terpaksa menumpang disalah satu ruangan rumah Bapak Kyai Hadi Martoyo (Al-Marhum). Namun keadaan perpustakaan yang masih sangat bersahaja tersebut tidaklah mengurangi antusias para santri yang haus ilmu dan informasi untuk selalu membaca buku-buku yang tersedia. Dan dengan lingkungan yang dibuat sedimikian rupa dan dari dorongan dari para dewan guru serta kesadaran para santri akan pentingnya membaca untuk memperluas cakrawala maka dalam waktu yang relatif singkat terciptalah “ Reading Habit “ dikalangan para santri.
Kendati dengan kondisi yang masih memprihatinkan, perpustakaan ini tetap go on tanpa mengurangi usaha-usaha perbaikan dan pembenahan dan kelengkapan sarana perpustakaan serta antusias santri tang haus ilmu dan informasi.
Pada tahun berikutnya, Pondok Modern Babussalam mencoba melakukan suatu ekspansi pelebaran sayap untuk mencari donatur buku-buku. Pertama kali Pondok Modern Darussalam Gontor yang dijadikan sasaran untuk itu, yakni dengan cara memberikan surat permohonan bantuan buku pada seluruh santri yang akan berlibur. Dan Alhamdulillah usaha tersebut tidak sia-sia. Pada tahun ketiga usaha yang sama dilakukan terhadap para santri Pondok Modern Babussalam sendiri dan para simpatisan dengan hasil yang cukup memuaskan. Kemudian dilanjutkan dengan datangnya bantuan dari beberapa kedutaan besar yang ada di Indonesia seperti Saudi Arabiah, Iran, Jerman, Belanda, Amerika dll. Melalui usaha yang berkesinambungan itu akhirnya sedikit demi sedikit jumlah koleksi buku semakin bertambah.
Sukses dengan gebrakan-gebrakan tersebut, usahapun berlanjut pada tahun keempat Pondok Modern Babussalam sudah memulai memberanikan diri mengeluarkan dana guna melengkapi fasilitas yang ada. Mula-mula sebuah al-mari yang agk permanen tampak memenuhi ruangan perpustakaan diikuti dengan pindahnya perpustakaan keruangannya yang baru dengan kondisi yang sederhana dan berukuran 6 m x 8 m sehingga manfaatnya lebih bisa dirasakan oleh para santri.
Selanjutnya mengingat pada tahun itu Pondok sudah mempuyai santri senior yaitu kelas V dan VI, dimana mereka sangat membutuhkan buku-buku tafsir, hadist, fiqh, tauhid, kamus dan buku-buka klasik lainnya, sebagai bahan rujukan (referensi) pada acara bedah buku (Fathul kutub), maka Pondok kembali mengeluarkan dana yang tidak sedikit jumlahnya. Pada tahap pertama kembali hadir memenuhi ruangan perpustakaan, buku-buku klasik yang berbahasa arab seharga Rp 1.500.000,00 dan kemudian dilanjutkan usaha penambahan buku dengan pembelian pada tahap kedua seharga Rp 1.000.000.
Seiring dengan usaha panambahan fasilitas perpustakaan para pengurus mulai menengok sisis lain yang dirasa perlu untuk dibenahi. Dalam hal ini yang menjadi sorotan adalah pembenahan administrasi, katalogisasi, klasifikasi buku dan operasionalisasi penerapan System DDC (Dewey Decimal Classifikation) serta peningkatan mutu pelayanan. Usaha pembenahan inipun berlanjut manakala Departemen Agama surat panggilan Penatran Tenaga Perpustakaan Tingkat Nisional pada akhir Desember 1993 sebagai responnya terhadap perpustakaan. Dalam hal ini Pondok mengirim seorang guru untuk mengikuti Program Depag tersebut tepatnya di Islamic Center Bekasi.
Sementara usaha penambahan buku-buku masih memanfaatkan masa liburan santri dan murasalah (Koresponden0 kebeberapa Kedutaan serta melobi ke beberapa instansi terkait yang kiranya bisa dimintai bantuan seperti Direktorat Binru Depag Pusat, Asia Foundation, Rabithah Alam Al-Islam, Ketua BPPM Pusat, Perpustakaan Nasional dan beberapa Penerbit Islam di Jawa.
Alhamdulillah dengan usaha-usaha yang telah dilakukan oleh pengurus perpustakaan diatas jumlah koleksi buku bertambah terus sementara peroprasionalan sistem DCC pun berjalan sehingga pengelolaan dan pengaturan buku-buku dan pelayanan terhadap para pembaca cukup rapi.

III TUJUAN
Diantara tujuan didirikan perpustakaan di Pondok Modern Babussalam antara lain :
1.Mendorong para santri/siswa agar mampu mengantisipasi tuntunan era informasi sekarang.
2.Sebagai sarana bagi para santri untuk memperluas wawasan keilmuannya baik agama maupun umum.
3.Memberikan mitivasi kepada para santri untuk gemar membaca, menulis dan mengarang sehingga diharapkan menjadi orang-orang yang kreatif, dinamis dan kritis terhadap permasalahan baik didalam maupun diluar.
4.Memberikan motivasi kepada para santri untuk berotodidak terhadap berbagai disiplin ilmu yang tidak diajarkan di kelas.
5.Memberikan dorongan kepada para santri untuk memperdalam, memperluas dan mempertajamkan ilmu-ilmu yang telah diajarkan di kelas.
6.Sebagai sumber/bahan referensi yang dapat dipertanggungjawabkan bagi :
a. Para santri yang hendak mencari jawaban terhadap permasalahan-permasalahan yang berkembang di masyarakat.
b. Para santri dalam pembuatan peper khususnya yang berbahasa Arab.
c. Para guru sebelum memberikan disiplin ilmu kepada anak didik/para santri.
d. Sebagai literatur dan referensi bagi para guru pada mata kuliyah mereka, karena sebagian besar adalah Masiswa ISID ( Institut Study Islam Darussalam ) Gontor Ponorogo.